Minggu, 09 Mei 2010

Cuplikan Pendidikan di Indonesia

Education of Indonesia is Improving

Komunikasi di dunia sudah semakin canggih. Hal ini dapat dilihat dari perolehan informasi yang semakin cepat dan mudah. Semua orang dapat mengakses/mendapatkan informasi dengan mudahnya.

Berkat PT. Telkom, warga Indonesia dapat mengakses keseluruhan informasi itu seperti layaknya di negara lain yang sudah maju. Tidak seperti dahulunya, kita hanya dapat mengandalkan koran, radio dan kabar burung yang keakuratannya tidak dapat dipastikan.

Tetapi sekarang, kita dapat memperoleh informasi dengan cepat dan akurat. Kita hanya perlu memasukidunia internet. Berkat PT. Telkom Indonesia, impian banyak orang untuk memperoleh segala informasi bisa terwujudkan.

Bukan hanya itu, kita bisa belajar berinteraksi dengan orang lain, baik dengan yang kita kenal maupun tidak. Kita dapat melatih bahasa asing kita, kita dapat melatih cara berkomunikasi kita dengan yang lain. Tanpa sepengetahuan kita, kita telah belajar banyak hal. Kita dapat semakin maju. Kwalitas generasi kita semakin bermutu, sehingga pelajar kita bukan lagi berlari ke luar negeri untuk memperdalam ilmu. Tetapi negara kita menjadi negara yang dapat dibanggakan dan didambakan banyak orang.

Untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang PT. Telkom yang sangat berjasa itu, anda dapat mengakses http://siap-online.com

Education

Setiap pemikir mempunyai definisi berbeda tentang makna filsafat karena pengertiannya yang begitu luas dan abstrak. Tetapi secara sederhana filsafat dapat dimaknai bersama sebagai suatu sistim nilai-nilai (systems of values) yang luhur yang dapat menjadi pegangan atau anutan setiap individu, atau keluarga, atau kelompok komunitas dan/atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara tertentu. Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana, sistimatis, untuk mentransmisikan kebudayaan dalam arti luas (ilmu pengetahuan, sikap, moral dan nilai-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain. Adapun visi, misi dan tujuannya yang ingin dicapai semuanya berlandaskan suatu filsafat tertentu. Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh filsafat hidup yang kita sepakati dan anut bersama.

Dalam sejarah panjang kita sejak pembentukan kita sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada terbentuknya negara bangsa (state formation dan nation state) yang merdeka, pada setiap kurun zaman, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang menjadi fondasi utama dari setiap bentuk pendidikan karena menyangkut sistem nilai-nilai (systems of values) yang memberi warna dan menjadi "semangat zaman" (zeitgeist) yang dianut oleh setiap individu, keluarga, anggota¬-anggota komunitas atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara nasional. Landasan filsafat ini hanya dapat dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan Indonesia.

Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa (dan Amerika) pada abad ke-19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah Pendidikan telah muncul dari dan digunakan untuk maksud-maksud lebih lanjut yang bermacam-macam, a.l. untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, kesadaran akan kesatuan kebudayaan, pengembangan profesional guru-guru, atau untuk kebanggaan terhadap lembaga¬-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu. (Silver, 1985: 2266).

Substansi dan tekanan dalam Sejarah Pendidikan itu bermacam-macam tergantung kepada maksud dari kajian itu: mulai dari tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistim pendidikan beserta komponen-komponennya, sampai kepada pendidikan dalam hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam perubahan sosial atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Sehubungan dengan MI semua Sejarah Pendidikan erat kaitannya dengan sejarah intelektual dan sejarah sosial. (Silver, 1985: Talbot, 1972: 193-210)

Esensi dari pendidikan itu sendiri sebenarnya ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide dan nilai-nilai spiritual serta (estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda dalam setiap masyarakat atau bangsa. Oleh sebab itu sejarah dari pendidikan mempunyai sejarah yang sama tuanya dengan masyarakat pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan informal dalam keluarga batih, sampai kepada pendidikan formal dan non-formal dalam masyarakat agraris maupun industri.

Selama ini Sejarah Pendidikan masih menggunakan pendekatan lama atau "tradisional" yang umumnya diakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide¬-ide dan pemikir-pemikir besar dalam pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan lembaga-lembaga, atau sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum dalam bidang pendidikan. (Silver, 1985: 2266) Pendekatan yang umumnya diakronis ini dianggap statis, sempit serta terlalu melihat ke dalam. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam pendidikan beserta segala macam masalah yang timbul atau ditimbulkannya, penanganan serta pendekatan baru dalam Sejarah Pendidikan dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan kemudian. (Talbot, 1972: 206-207)

Para sejarawan, khususnya sejarawan pendidikan melihat hubungan timbal balik antara pendidikan dan masyarakat; antara penyelenggara pendidikan dengan pemerintah sebagai representasi bangsa dan negara yang merumuskan kebijakan (policy) umum bagi pendidikan nasional. Produk dari pendidikan menimbulkan mobilitas sosial (vertikal maupun horizontal); masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan yang dampak-dampaknya (positif ataupun negatif) dirasakan terutama oleh masyarakat pemakai, misalnya, timbulnya golongan menengah yang menganggur karena jenis pendidikan tidak sesuai dengan pasar kerja; atau kesenjangan dalam pemerataan dan mutu pendidikan; pendidikan lanjutan yang hanya dapat dinikmati oleh anak-anak orang kaya dengan pendidikan terminal dari anak-¬anak yang orang tuanya tidak mampu; komersialisasi pendidikan dalam bentuk yayasan-yayasan dan sebagainya. Semuanya menuntut peningkatan metodologis penelitian dan penulisan sejarah yang lebih baik danipada sebelumnya untuk menangani semua masalah kependidikan ini.

Sehubungan dengan di atas pendekatan Sejarah Pendidikan baru tidak cukup dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada pendekatan metodologis yang baru yaitu a.l, interdisiplin. Dalam pendekatan interdisiplin dilakukan kombinasi pendekatan diakronis sejarah dengan sinkronis ilmu-ihmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial tertentu seperti antropologi, sosiologi, dan politik telah memasuki "perbatasan" (sejarah) pendidikan dengan "ilmu-ilmu terapan" yang disebut antropologi pendidikan, sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini dimanfaatkan secara optimal dan maksimal hubungan dialogis "simbiose mutualistis" antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial.

Sejarah Pendidikan Indonesia dalam arti nasional termasuk relatif baru. Pada zaman pemerintahan kolonial telah juga menjadi perhatian yang diajarkan secara diakronis sejak dari sistem-sistem pendidikan zaman Hindu, Islam, Portugis, VOC, pemerintahan Hindia-Belanda abad ke-19. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan zaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka model diakronis ini masih terus dilanjutkan sampai sekarang.



Sumber : Si Gaptek


The Heart of UN

Ujian Nasional atau lebih kita kenal dengan UN telah berubah menjadi momok/hantu yang mematikan. UN sangat ditakuti oleh banyak pelajar baik dari SD,SMP,
maupun SMA. Sebagaimana kita tahu bahwa UN dulunya merupakan satu-satunya yang menyatakan kelulusan seorang pelajar.

Amanat asli UN telah hilang. Diknas pendidikan menyelenggarakan UN karena dari UNlah kita tahu, potensi seluruh pelajar se-Indonesia.
Diknas dapat menilai dan membuat keputusan apakah pendidikan di Indonesia telah berjalan dengan baik/tidak.

Tetapi sekarang ini, telah banyak kecurangan-kecurangan yang terjadi pada UN. Banyak kunci jawaban yang beredar. Ini disebabkan bukan karena soalnya susah,
tetapi karena rasa takut yang berlebihan. Rasa takut inilah yang dimanfaatkan oleh para Cheaters untuk mendapatkan uang.

Kita tahu bahwa batas ketuntasan UN telah dinaikan, hal itu malah menambah kecemasan pada pelajar. Kita harus berfikir lebih positif dan maju. Nilai ketuntasan
UN jika dinaikan dan kita dapat melewatinya dengan nilai yang bagus, maka kita akan menjadi lebih berguna dan negara kita bisa maju.

UNlah yang patut dikasihani. UN bukanlah sekedar untuk main-main. Kita harus memperhatikan inti dari UN tersebut. Maka dariitu kita ciptakanlah UN yang adil dan
bersih agar kita tidak menjadi koruptor yang sedang naik daun sekarang ini.

The Legend of UN

Ujian Nasional (UN) yang memimbulkan sikap pro kontra di kalangan masyarakat sebenarnya telah dilaksanakan sejak tahun 1965, namanya mengalami Evolusi sampai akhirnya bernama Ujian Nasional.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sistem ujian nasional telah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan, perkembangan ujian nasional tersebut dapat kita lihat di bawah ini :
1. Periode 1965 - 1971, pada periode ini, sistem ujian akhir disebut dengan Ujian Negara, berlaku untuk hampir semua mata pelajaran. Bahkan ujian dan pelaksanaannya ditetapkan oleh pemerintah pusat dan seragam untuk seluruh wilayah di Indonesia.
2. Periode1972 - 1979, pada tahun 1972 ditetapkan sistem ujian sekolah dimana setiap atau sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian akhir sekolah masing-masing. Soal dan pemrosesan hasil ujian semuanya ditentukan oleh masing-masing sekolah/kelompok sekolah. Pemerintah pusat hanya menyusun dan mengeluarkan pedoman yang bersifat umum.
3. Periode 1980-2000, untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu pendidikan serta diperolehnya nilai yang memiliki makna yang ''sama" dan dapat dibandingkan antar sekolah ,maka sejak tahun 1980 dilaksanakan ujian akhir nasional yang dikenal dengan sebutan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional . Dalam EBTANAS dikembangkan sejumlah perangkat soal yang "paralel" untuk setiap mata pelajaran , dan penggandaan soal dilakukan di daerah.
4. Periode 2001-2004, sejak tahun 2001,EBTANAS diganti dengan penilaian hasil belajar secara nasional dan kemudian berubah nama menjadi Ujian Akhir Nasional , sejak tahun 2002. Perbedaan yang menonjol antara UAN dan EBTANAS adalah dalam cara menentukan kelulusan siswa ,terutama sejak tahun 2003 . Dalam EBTANAS kelulusan siswa ditentukan oleh kombinasi nilai semester 1
, nilai semester 2 , dan nilai EBTANAS murni , sedangkan kelulusan siswa pada UAN ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual.
5. Periode 2005-sekarang, untuk mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan yang bermutu, pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasisonal untuk SMP / MTs / SMPLB dan SMA / SMK / MA / SMALB / SMKLB /.


Harap informasi ini dapat berguna bagi semua.


Modern Education with Internet

Pada zaman dulu kita belajar dengan buku. Orang dulu sangat sulit mendapatkan informasi dengan cepat. Karena dulu
komunikasi, buku sangatlah terbatas dan walupun ada, harganya sangat mahal. Kita sangat sulit untuk mengetahui dunia
luar, pendidikan kita sebatas itu-itu saja.

Tetapi sekarang, bukan hanya informasi dalam negeri saja yang kita dapt, sampai-sampai informasi luar negeri bahkan luar
angkasa pun kita dapat! Kita hanya tinggal mengakses lewat internet untuk mendapatkan informasi!

Bukan hanya itu, kita dapat melatih bahasa asing kita dengan orang asing lainnya walaupun kita tidak kenal. Kita juga dapat
membuat semacam diari semacam blog gitu agar kita dapat saling mensharing pengalaman satu sama lain.

Asyik bukan ???

Cara penggunaan juga sangat mudah! Kita tidak memerlukan sesajen, mantra-mantra, ritual dan sejenisnya. Sekarang sudah banyak
situs yang dapat diakses dengan bahasa Indonesia.

Kalau ada cara mudah ngapain mau cari yang ribet ?
Ayo coba...
Monggo..

The Evolution of Education

Pendidikan di Indonesia telah berkembang sangat pesat.Seperti layaknya makhluk hidup, pendidikan bisa berevolusi.
Tidak percaya ?
Kita buktikan...

Pada zaman dahulu, waktu zaman baholak/zamannya kakek moyang kita, mereka itu belajar dari alam, mereka layaknya
ilmuan karena mereka menemukan cara mereka sendiri untuk makan, tempat tinggal,dll. Dan bahkan mereka menciptakan
tulisan untuk mempermudah hidupnya.
Setelah itu mulailah peradaban-peradaban baru muncul, mereka telah menciptakan rumah dengan batu, palu, perkakas lainnya.
Sampai sekarang, peradaban tersebut terus berkembang. Kita dapat menikmati berbagai macam informasi hanya dalam hitungan detik.
Manusia menciptakan sesuatu hal itu pasti ada tujuannya. Orang menciptakan komputer karena ingin mempermudah kehidupan, para ilmuan
meneliti bakteri karena mereka ingin tahu apakah bakteri itu berguna atau merugikan manusia.
Lalu muncul dipikiran kita, bagaimana bisa mereka dapat menciptakan semua itu ?
Itulah gunanya pendidikan, walaupun kita berfikir bahwa untuk apa belajar matematika jika cita-cita tukang sapu?
Buat apa susah susah belajar Sains jika nantinya kita ingin menjadi seorang desainer ?

Sebenarnya kunci kehidupan itu ada pada pendidikan . Pendidikan harus digunakan dengan bijaksana. Jika pendidikan itu jatuh ke tangan
yang salah maka akan terjadi sesuatu yang mengerikan ! Bisa-bisa seluruh umat manusia dapat musnah.
Pendidikan itu metafora. Bisa berubah-ubah sesuai penggunanya.

Setelah berpanjang lebar, kami harap informasi ini dapat berguna bagi kita semua
Thx
 
Free Pencil 2 MySpace Cursors at www.totallyfreecursors.com